Tuberkulosis merupakan penyakit menular (Price & Wilson, 2006), sehingga dampaknya yaitu stigma negatif dari masyarakat (Hidayati, 2015). Sari (2018) mengatakan 36,29% pasien tuberkulosis juga mengalami diskriminasi berupa pengabaian serta keengganan masyarakat berinteraksi dengan pasien tuberkulosis. Moya (2010) mengatakan stigma yang dialami oleh pasien tuberkulosis menimbulkan efek stres psikologi, depresi, ketakutan pasien tuberkulosis untuk berhubungan dengan orang lain, kurangnya partisipasi dalam kehidupan sosial dan lain-lain. Menurut (Zulkifi et al., 2014) beban psikologis pada pasien tuberkulosis menjadi salah satu faktor pasien tuberkulosis mengalami putus obat, pasien tuberkulosis juga merasa khawatir dengan gejala yang dialami, seperti takut akan menularkan ke anggota keluarga dan malu datang puskesmas untuk berobat. Selain itu pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang, menyebabkan bosan dan menurunkan kepatuhan minum obat. Minum obat yang tidak rutin menyebabkan resistensi obat yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan (Zulkifi et al., 2014). Angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis di tahun 2019 di Indonesia sebesar 86,6% yang menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat masih tergolong rendah (KemenkesRI, 2020).
Faktor-faktor penyebab putus obat pada pasien TB yaitu pengobatan dalam jangka waktu lama yang membuat pasien merasa bosan, beberapa pasien merasakan bahwa sudah sehat sehingga tidak melanjutkan pengobatan, faktor kurangnya pengetahuan dan motivasi untuk sembuh. Untuk mengatasi hal tersebut perawat memberi edukasi kepada pasien saat pasien berobat, namun semenjak pandemi COVID-19 terdapat kebijakan pembatasan interaksi dengan pasien. Sehingga edukasi belum dapat dilakukan secara maksimal. Waktu pengobatan yang panjang dengan jumlah obat yang banyak serta berbagai efek pengobatan menyebabkan penderita sering terancam putus berobat (Drop Out) selama masa penyembuhan. Faktor pengobatan yang dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang menyebabkan bosan dan menurunkan kepatuhan minum obat. Minum obat yang tidak rutin dan drop out menyebabkan resistensi obat yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan sehingga masa pengobatan menjadi lebih panjang, peningkatan kasus relaps, peningkatan morbiditas dan mortalitas, dan penularan tuberkulosis lebih luas, sehingga memerlukan perhatian dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan tuberkulosis (Zulkifi et al., 2014). Tuberkulosis seringkali mempengaruhi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Diperlukan adanya inovasi pengembangan aplikasi pengawas minum obat yang dapat dijangkau pasien tuberkulosis dengan penghasilan rendah maupun menengah (Lestera et al., 2019).
Meningkatnya jangkauan teknologi yang tersedia membantu kepatuhan pengobatan untuk tujuan membangun model perawatan yang holistik dan berpusat pada pasien. Teknologi digital dapat bekerja maksimal ketika tenaga kesehatan memberdayakan pasien, sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien (Lestera et al., 2019). Liu et al., (2008) membuat sistem pengingat minum obat yang efektif, namun belum dilengkapi aturan minum obat untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TB. Mohammed, Glennerster and Khan, (2016) mengembangkan SMS pengingat minum obat pada pasien TB hasilnya efektif dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TB. Penelitian Musiimenta et al., (2019) menjelaskan bahwa digital monitoring meningkatkan kepatuhan pengobatan dengan cara mengingatkan pasien untuk minum obat, dan membantu dalam menjalankan rejimen pengobatan yang rumit. Gashu et al., (2021) pengingat minum obat harian dengan sistem pengingat mingguan secara signifikan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan tuberkulosis disetiap kelanjutan fase pengobatan. Berdasarkan uraian diatas perlu adanya dukungan dari tenaga kesehatan, keluarga dan pasien untuk mendukung media edukasi mobile health yang berfungsi sebagai media edukasi, pengingat minum obat yang dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis.
Artikel ini ditulis oleh Lie Liana Fuadiati, mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat serta kepatuhan pasien TB dalam menjalankan pengobatan.
Penulis : Lie Liana Fuadiati