Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) lebih rentan terhadap infeksi bakteri, jamur serta virus dibandingkan dengan masyarakat umum. Pada saat ini belum terdapat data penelitian yang menunjukkan bahwa ODHA yang rutin minum obat memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi Corona Virus (SARS-CoV 2) atau mengalami sakit berat akibat Covid-19. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi pada ODHA karena kematian akibat Covid-19 lebih tinggi pada orang yang berusia lanjut serta orang yang memiliki penyakit lain seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler, sedangkan komorbiditas lazim ditemukan pada ODHA .
ODHA harus melakukan pengobatan ARV (Antiretroviral) secara rutin seumur hidupnya sehingga diperlukan peran pendamping baik dari sesama ODHA maupun relawan sosial non ODHA untuk mendorong tingkat kepatuhan terhadap anjuran minum obat bagi ODHA. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu berupa interaksi virtual terutama pada masa pandemi Covid-19 seperti ini maka sangat efektif apabila dilakukan interaksi secara virtual antara petugas dan individu atau sekelompok orang yang berperilaku risiko tinggi terhadap HIV dengan tujuan menyediakan: informasi dan pendidikan kesehatan, rujukan dan akses layanan, rekruitmen untuk testing dan pengobatan serta dukungan bagi pengurangan risiko terkait HIV . Beberapa bentuk lain tindakan pendampingan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Penguatan secara psikologis terhadap ODHA
2) Memberikan support untuk patuh terapi ART
3) Melakukan home and hospital visit
4) Study Club sebagai wadah untuk berbagi pengalaman dan penambahan wawasan ODHA. Salah satu poin penting dalam kegiatan ini ialah ODHA dapat mengetahui dimana ODHA bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dan informasi-informasi terkait ODHA lainnya. Informasi ini harus disampaikan dengan baik agar tidak terjadi salah persepsi. Salah satu contoh yaitu informasi terkait cara penularan virus HIV, dari kegiatan ini ODHA bisa berbagi informasi dengan keluarganya sehingga bukan hanya ODHA yang paham, akan tetapi keluarganya pun ikut paham tentang hal-hal dasar HIV .
Selain terapi dengan pengobatan konvensional, ODHA sering menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer. Pengobatan alternatif dan komplementer didefinisikan sebagai berbagai macam pengobatan baik praktik maupun produk pengobatan yang bukan merupakan bagian pengobatan konvensional atau pengobatan dengan resep dokter. Pengobatan alternatif dan komplementer tidak hanya terbatas pada tumbuhan herbal, tetapi juga mencakup penggunaan vitamin dan mineral alam lainnya. Selain itu juga terdapat terapi body and mind medicine yang meliputi meditasi, yoga, dan akupunktur (Permatasari, Hasina and Pratama, 2020). Salah satu pengobatan tradisional yang sering diterapkan oleh ODHA adalah mengonsumsi jamu. Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan dalam rangka program saintifikasi jamu untuk mendapatkan informasi tentang ramuan jamu imunostimulan atau jamu yang mengandung bahan untuk meningkatkan sistem imun dalam meningkatkan kualitas hidup penderita HIV/AIDS. Ramuan jamu imunostimulan ini dapat diberikan sebagai terapi komplementer bersama terapi ARV (Antiretroviral). Ramuan jamu yang biasa digunakan untuk imunostimulan adalah 14 gram rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza), 14 gram temu mangga (Curcuma mangga), dan 14 gram herba meniran (Phyllantus niruri) dalam bentuk rebusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ramuan jamu memberikan perubahan terhadap kualitas hidup subjek terutama pada domain psikologi, kemandirian, dan kesehatan umum (Astana, Ardiyanto and Mana, 2018). Penggunaan obat tradisional atau terapi komplementer pada penderita HIV/AIDS sebagai supportive treatment dapat membantu kualitas hidup ODHA. Kualitas hidup merupakan salah satu penilaian tingkat keberhasilan suatu terapi (Rahman, Kalesaran and Siampa, 2019). Pengobatan alternatif dan komplementer ini harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau konselor masing-masing ODHA untuk mengetahui obat atau terapi komplementer yang sesuai untuk dikonsumsi dan diterapkan.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, ODHA memang sangat rentan untuk tertular Covid-19 akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV. Oleh karena itu, pencegahan terhadap penularan Covid-19 pada ODHA prinsipnya sama dengan pecegahan Covid-19 pada umumnya menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2020) yaitu:
1) Mencuci tangan dengan hand sanitizer ketika tangan terlihat bersih dan mencuci dengan sabun serta air mengalir ketika tangan kotor dengan 6 langkah cara cuci tangan
2) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, jika mendesak maka cuci tangan terlebih dahulu
3) Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut menggunakan lengan atas bagian dalam atau tisu serta buanglah tisu ke tempat sampah
4) Pakailah masker medis jika memiliki gejala batuk dan bersin lalu lakukan cuci tangan setelah membuang masker
5) Menjaga jarak (minimal 2 meter) dari orang yang mengalami gejala batuk dan bersin.
Langkah pencegahan tersebut harus dilengkapi dengan tetap dirumah kecuali pada keadaan mendesak, maka sebisa mungkin hindari kerumunan dan selalu patuhi protokol kesehatan yang menjadi anjuran pemerintah dalam usaha mencegah penularan Covid-19 di masa kebisaan baru.
Sebagai anggota masyarakat, baik ODHA ataupun yang sehat kita perlu memberikan dukungan bagi ODHA untuk selalu patuh dengan pengobatan yang harus dijalani. Hal yang paling penting bagi ODHA agar tetap dapat menjaga imunitas di masa pademi Covid-19, yaitu patuh pada pengobatan medis, konseling rutin secara virtual, penerapan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19, serta melakukan pengobatan alternatif seperti jamu sesuai dengan anjuran dokter atau konselor. Upaya-upaya pencegahan umum tersebut harus selalu dilakukan mengingat daya tahan tubuh ODHA yang terpengaruh oleh virus HIV.
Penulis:
Dosen pembimbing : Dr. Ninuk Dian k., S.Kep.Ns., MANP
Kelompok 2 AJ1 B22 : Rane D. A, Awanda D. P, Ahmad S. J, Ulfa. N, M. Abi Z, Muslimah W. A, Elya A. M, Salsabila S. Y, Ipung J, Fortuna Lady M
Editor : Risky Nur Marcelina (Airlangga Nursing Journalist)
DAFTAR PUSTAKA
Astana, P. R. W., Ardiyanto, D. and Mana, T. A. (2018) ‘Perubahan Kualitas Hidup dan Nilai CD4+ Pasien HIV/AIDS dengan Pemberian Ramuan Jamu Imunostimulan di Sragen’, Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 7(4), p. 227. doi: 10.15416/ijcp.2018.7.4.227.
Kemenkes RI (2020) Protokol Pelaksanaan Layanan HIV AIDS Selama Pandemi COVID-19. KementrianKesehatanRI (2020) ‘Dokumen resmi’, Pedoman kesiapan menghadapi COVID-19, pp. 0–115.
Nakoe, R., S Lalu, N. A. and Mohamad, Y. A. (2020) ‘Perbedaan Efektivitas Hand-Sanitizer Dengan Cuci Tangan Menggunakan Sabun Sebagai Bentuk Pencegahan Covid-19’, Jambura Journal of Health Sciences and Research, 2(2), pp. 65–70. doi: 10.35971/jjhsr.v2i2.6563.
Permatasari, J., Hasina, H. and Pratama, S. (2020) ‘Studi Penggunaan Complementary and Alternatif Medicine (CAM) pada Odha di Yayasan Kanti Sehati Sejati Kota Jambi’, Jurnal Endurance, 5(1), p. 105. doi: 10.22216/jen.v5i1.4986.
Rahman, A., Kalesaran, A. F. . and Siampa, J. P. (2019) ‘KAJIAN PENGGUNAAN MAKATAN (OBAT ASLI MINAHASA) SEBAGAI SUPPORTIVE TREATMENT PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) DI KOTA MANADO’, Kesehatan Masyarakat, 6(1), pp. 5–10. doi: 10.1109/MTAS.2004.1371634.
Rosmalina, A. and Kurnaedi, D. (2020) ‘Pendampingan Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS Oleh Kelompok Dukungan Sebaya Pakungwati Kota Cirebon’, Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), p. 35. doi: 10.24235/dimasejati.v2i1.6650.
Zendrato, W. (2020) ‘Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap Pandemi Covid-19’, Jurnal Education and development, 8(2), pp. 242–248.