INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

“Pagar Besi” Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Program Doktor Keperawatan Unair Dalam Mendukung Pencegahan Penularan Tb Di Masyarakat

×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

NERS NEWS - TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menular melalui udara pada saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Jumlah penderita penyakit TB di Indonesia menduduki angka terbesar kedua di dunia. Saat inipun kota Surabaya juga masih belum terbebas dari kasus TB. Menyadari pentingnya dalam menangani kasus penyakit TB di Indonesia, mahasiswa Program Studi Doktor Fakultas Keperawatan (FKP) Universitas Airlangga yang terdiri atas M. Fathoni, Elida Ulfiana, Ilya Krisnana, dan Eka Mishbahatul Mar’a Has, menggelar pengabdian masyarakat dengan tema PAGAR BESI (Pendampingan Keluarga Sadar dan Siaga Tuberculosis). Acara yang dilaksanakan yakni dengan memberikan materi terkait pengenalan TB, penularan dan pencegahan TB, dan dukungan untuk penderita TB. Acara tersebut dilaksanakan pada Senin (23/09/2019) di Balai RW 01 Kelurahan Gebang kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Puskesmas Klampis Ngasem, Lurah Gebang, Lurah Klampis Ngasem, Kasie Kesra Kelurahan Gebang, PJ TB Puskesmas Klampis Ngasem, Satgas TB, dan Perwakilan Pengelola S3 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Selain itu, jumlah peserta yang mengikuti acara adalah 45 orang, antara lain penderita TB, keluarga penderita TB, kader kesehatan, dan SATGAS TB. Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Puskesmas Klampis Ngasem, Lurah Gebang, dan Perwakilan Pengelola S3 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam mencegah penularan TB, dan meningkatkan cakupan suspek TB di Puskesmas Klampis Ngasem. Masyarakat dianjurkan untuk ikut aktif dalam program pencegahan TB  dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke puskesmas terdekat. Kepala Puskesmas Klampis menuturkan bahwa harga obat TB itu mahal. Namun, pemerintah memberikan program pengobatan TB gratis di puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. Jadi, masyarakat yang terkena penyakit TB tidak perlu khawatir dalam berobat.

Penyakit TB dapat menyerang segala usia. Penderita TB yang tidak diobati setelah 5 tahun memiliki presentase 50% meninggal, 25% sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh, dan 25% kasus kronik menular. TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang rutin dan selama pengobatan penderita wajib menggunakan masker untuk mengurangi penyebaran kuman TB. “Jika ada keluarga menderita batuk-batuk lebih dari 2 minggu segera periksakan ke puskesmas karena salah satu tanda gejala TB adalah batuk yang tidak kunjung sembuh. Selain itu, tanda gejala yang lain adalah penurunan berat badan,” Jelas Fathoni.

Penanganan TB tidak hanya dilakukan oleh penderita TB namun juga masyarakat yang masih sehat supaya tidak terkena TB. Perilaku pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah terkena penyakit TB. Pencegahan dapat dilakukan sejak usia 0 bulan yakni dengan memberikan vaksin BCG. Vaksin BCG ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kuman TB. Elida menuturkan bahwa pencegahan tidak hanya dengan vaksin BCG, perilaku yang dapat mencegah penyakit TB antara lain dengan konsumsi makanan yang bergizi, rutin berolahraga, menjaga lingkungan tetap bersih dan memiliki ventilasi yang baik untuk mencegah perkembangan kuman TB, menggunakan masker saat ditempat umum, keramaian atau berkendara. Penderita TB wajib menggunakan masker.

“Etika batuk yang benar sangat penting dilakukan saat batuk atau flu. Gunakan tisu, sapu tangan atau lengan untuk menutup mulut ketika batuk atau flu. Buang tisu pada tempat sampah dan cuci tangan dengan sabun. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan penularan kuman TB” ungkapnya. Stigma yang tidak baik terkait penderita TB masih berkembang di masyarakat. Penderita TB masih mendapatkan perlakuan yang tidak baik seperti diejek, dikucilkan, digosipkan. Hal tersebut menimbulkan penderit TB merasa rendah diri, malu, dan ketakutan. “Penderita TB perlu dukungan untuk dapat sembuh dari penyakitnya karena pengobatan TB yang berlangsung lama 6-8 bulan dan harus tuntas. Keluarga memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan dan sebagai pengawas minum obat (PMO). Dukungan yang dapat diberikan antara lain dukungan informasi, sarana prasarana, emosional, dan penilaian” tutur eka

Pada saat diskusi, peserta sangat antusias bertanya. Beberapa pertanyaan disampaikan terkait apakah penderita TB yang sudah sembuh akan dapat terkena penyakit TB kembali?, apakah anak yang pernah di imunisasi BCG dapat terkena TB?. Ilya menjelaskan bahwa  penderita yang dinyatakan sembuh ada kemungkinan terkena TB. Hal ini dipengaruhi beberapa hal diantaranya kondisi fisik, lingkungan yang kurang sehat, dan perilaku yang tidak sehat seperti merokok, dll. Acara berakhir pukul 12.00. Para peserta mengikuti acara dengan antusias. Sebagai evaluasi peserta diberikan kuis dan kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang disampaikan.  Pada akhir acara, pihak puskesmas membagikan pot sputum untuk pemeriksaan dahak. Dahak yang diperiksa antara lain pagi saat bangun tidur, dan setelah makan pagi. Pot sputum tersebut akan diambil oleh para kader SATGAS dan dibawa ke Puskesmas Klampis Ngasem.

“Pemeriksaan dahak ini digalakkan untuk tindakan penanganan kasus TB. Karena kebanyakan kasus, para penderita TB takut atau malu memeriksakan ke puskesmas sehingga untuk menekan angka TB, kami sebagai tenaga kesehatan yang harus pro-aktif” tutur Mus’adah selaku PJ TB Puskesmas Klampis Ngasem.

Penulis: Elida Ulfiana, S.Kep.Ns., M.Kep.

Pin It
Hits 1515

Berita Terbaru