INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Pengabdian Masyarakat Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Tentang Pengolahan Sampah Berbasis Entrepreneur

×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

NERS NEWS - Hingga saat ini, urusan sampah masih menjadi persoalan pelik dalam kehidupan kita. Sampah anorganik yang sulit bahkan tidak bisa terurai, -selain merusah keindahan lingkungan, juga bisa menjadi pemicu malapetaka seperti banjir dan bisa menjadi media perkembangbiakan mirkoorgnisme atau vektor penyebar penyakit. Sampah organik seperti sisa potongan sayur dan buah, meski bisa terurai dengan sempurna, kadang menjadi agen masalah juga bila penanganan tidak tepat. Kalau sampah itu dibuang begitu saja di sekitar lingkungan rumah, lama-kelamaan membusuk, kemudian bau tidak sedapnya menyebar ke mana-mana. Di sana juga menjadi rumah yang baik bagi hewan kecil pembawa bibit penyakit.

Secara umum, kata “sampah” selalu berkonotasi negatif. Tapi, apakah benar sampah itu tidak berguna sama sekali? Mahasiswa Prodi Magister Keperawatan dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (FKp Unair) angkatan ke-12 atau sering disebut “M-12” dengan dosen pembimbing ibu Dr. Tintin Sukartini, S.Kp., M.Kes dan Dr. Retno Indarwati, S.Kep.,Ns,M.Kep, menjalin mitra dengan Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) cabang Surabaya untuk mengubah persepsi sekaligus cara pengelolaan sampah menjadi lebih berguna. Niat bersama yang baik itu dikemas dalam acara pengabdian masyarakat (pengmas) dengan mengusung tajuk, “Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat Tentang Pengolahan Sampah Berbasis Entrepreneur.

Sasaran kegiatan pengmas kali ini ditujukan kepada masyarakat RW 08, Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Antusiasme warga setempat untuk belajar sangat baik, terlihat dari kehadiran mereka di tempat acara yang berlangsung di balai pertemuan RW setempat. Pada hari Selasa, 8 Oktober 2019, satu per satu warga mendatangi lokasi acara sebelum dimulai tepat pukul 08.00 WIB. “Saat ini memang yang bisa hadir baru sekitar 20-an orang. Sebenarnya warga di sini ingin belajar semuanya, tapi karena ada kendala urusan kerja dan tugas lainnya, mereka tidak sempat hadir. Tapi, kami yang bisa ikut hari ini tentunya bisa membagikan informasi atau pengetahuan kepada yang lainnya nanti,” jelas Pak Juwari selaku ketua RW.

Ketua panitia kegiatan, -Suharyono, S.Kep.,Ns, mengungkapkan rasa syukur atas terjalinnya kerja sama yang baik antara keluarga besar FKp Unair, APSI Surabaya, dan warga Medokan Semampir. Apalagi tujuan kegiatannya sangat baik, bagaimana mengubah sampah menjadi rupiah, atau paling tidak lebih berguna dari kondisi sebelumnya. “Saat ini, sehebat apa pun kita, akan sangat sulit menyelesaikan persoalan bila berjalan sendiri-sendiri. Ini eranya kolaborasi. Kita saling berbagi informasi, mendorong semangat satu sama lain, lalu berbuat sesuatu yang mungkin dianggap kecil, tapi memiliki dampak yang luar biasa,” kata Pak Suharyono bersemangat.

Dr. Kusnanto, S.Kp, M.Kes yang mewakili Dekan FKp Unair, mengapresiasi mahasiswa yang telah menjalankan kegiatan pengmas. Beliau mengingatkan tentang peran perguruan tinggi termasuk mahasiswa dalam menjalankan tridharma, yang salah satu lewat pengmas. “Kita tidak bisa hanya belajar di kampus saja. Ilmu pengetahuan yang diperoleh itu mesti langsung dimanfaatkan bagi masyarakat, biar manfaatnya makin luas,” tutur Bapak yang menjabat sebagai Wakil Dekan I FKp Unair itu.

Pak Juwari yang mewakili warga sangat berterima kasih kepada keluarga besar FKp Unair dan APSI Surabaya. Beliau mengungkapkan kalau warga setempat selalu merindukan informasi atau latihan keterampilan baru. Apalagi kalau berkaitan dengan sampah, sebab itu menjadi persoalan semua warga di mana saja berada.

“Terima kasih untuk kesempatan yang baik ini. Kebetulan kami di sini juga masuk dalam penilaian Surabaya Smart City (SSC), kiranya pengelolaan sampah ini bisa menjadi nilai tambah,” demikian harapan ketua RW tersebut.

Acara selanjutnya berupa penyampaian materi dan diskusi bersama tentang bahaya sampah terhadap kesehatan lingkungan. Setelahnya diajarkan cara mengelola sampah menjadi ladang pengembangbiakan Maggot BSF, disampaikan secara simultan antara teori dengan praktik. Di akhir acara, dilakukan penyerahan media percontohan pengembangbiakan Maggot BSF yang telah dibuat bersama, kepada warga setempat. Harapannya, warga terus memanfaatkan media yang sudah ada, bila perlu dikembangkan lebih baik lagi.

Penulis: Saverinus Suhardin, S.Kep.,Ns (Mahasiswa Prodi Magister Keperawatan/M-12)

 

Pin It
Hits 14993

Berita Terbaru