INFORMASI TEST ELPT (KLIK DISINI)

Edukasi Pencegahan Bunuh Diri Lewat Pentas Drama

×

Warning

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 734

NERS NEWS - Masih dari rangkaian kegiatan Jambore Kesehatan Jiwa 2019 tingkat Provinsi Jawa Timur, tim dari Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga (FKp Unair) juga tampil dalam kegiatan pentas sekaligus perlombaan dalam bidang seni. Pementasan yang dilaksanakan pada hari pertama jambore (7/11/2019) pukul 19.00 WIB itu menampilkan berbagai bentuk kreativitas seni dari masing-masing kontingen. Ada yang bernyanyi, menari, membaca puisi, musikalisasi puisi, drama dan sebagainya.

Utusan FKp Unair menampilkan sebuah drama komedi berjudul “Hamba Bisikan.” Sebelum pementasan dimulai, Ahmad Wahyudi, S.Kep.,Ns sebagai penulis naskah, menjelaskan kalau drama tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan tentang proses terjadinya halusinasi hingga timbul pemikiran untuk melakukan tindakan nekat bunuh diri. Harapannya, tontonan sederhana tersebut bisa menjadi tuntunan sekaligus hiburan.

Ada lima saja pemeran dalam drama yang berdurasi 10 menit tersebut. Ada tokoh Paijo yang diperankan Ahmad Wahyudi; Pak Iskandar berperan ganda sebagai dalang sekaligus tokoh Puniran; Perawat diperankan Ibu Yuli Anggreani; Peri oleh Dutya Larasati dan Setan oleh Devis Yulia.

Adegan dibuka dengan pengantar dari dalang. Dikisahkan sebuah situasi, di mana setelah pilpres yang cukup menguras energi telah terlaksana, selanjutnya orang-orang sibuk membahas siap yang pantas menjadi menteri?

Paijo yang sering disapa “mantri” di kampungnya, menganggap dirinya layak jadi menteri. Mungkin karena ada kemiripaan ketika kedua kata itu diucapkan. Saban hari, Paijo menggenggam hp mainan sambil terus mengatakan berulang-ulang, “Saya menunggu telepon dari presiden.”

Ayahnya yang bernama Puniran terheran-heran ketika hp mainan itu berdering ketika salah satu tombol kepencet, lalu anaknya itu merespons seperti benar-benar sedang berbicara dengan seseorang. Puniran mulai pening ketika melihat kenyataan anaknya bertingkah aneh seperti itu.

Saat Puniran terus berpikir masalah anaknya itu, Paijo tetap asyik dengan dunianya sendiri. Dia merasa seperti didatangi dua tokoh yang menganjurkan banyak hal. Setan yang berkostum serba hitam membisiki Paijo agar mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri saja. Peri yang berpakaian serba putih menentangnya, “Paijo, kamu itu masih muda. Jalan hidupmu masih panjang. Jangan menyerah, masih banyak mimpi yang bisa kamu raih. Ayo Jo, bangkit Paijo...”

Perdebatan antara Peri dan Setan yang berkecamuk dalam benak Paijo makin memanas. Sialnya, Setan lebih lihai. Bahkan mampu menyogok Peri untuk mengalah saja, sehingga Paijo makin mentap menyiapkan rencana putus asanya itu.

Kabar baiknya, sebelum rencana buruk Paijo itu benar terjadi, Pak Puniran sudah menemui seorang perawat dari rumah sakit jiwa. Berdasarkan hasil pemeriksaan, disimpulkan kalau Paijo mengalami masalah halusinasi. Bila tidak ditangani dengan baik, bisa berakibat fatal, misalnya nekat melakukan bunuh diri.

Atas pertimbangan tersebut, Puniran mendukung Paijo untuk segera berobat di rumah sakit. Berkat dukungan yang baik dari keluarga dan ditunjang dengan pelayanan yang baik difasilitas kesehatan, Paijo berangsur-angsur pulih. Dia mulai menyadari kalau dirinya hanya menjadi “Hamba Bisikan” selama ini. Kini dia berani melawan suara-suara tidak nyata tersebut.

Demikianlah gambaran singkat drama yang ditampilkan tim FKp Unair. Mereka mengaku puas bisa tampil dengan percaya diri dan bangga mendapat apresiasi dari penonton. Termasuk yang paling spesial, mereka dipuji oleh Prof. Budi Ana Keliat sebagai salah satu pakar keperawatan jiwa di Indonesia. Sebagai bentuk rasa syukur, mereka foto bersama dengan tokoh idolanya itu.

Penulis: Saverinus Suhardin (Mahasiswa Magister Keperawatan Unair)

Pin It
Hits 1554

Berita Terbaru